Mungkin kita bisa merasakan secara langsung perbedaan yang sangat jauh dari etika dan ettitude.
dan dari segi kehidupan pun sangat jauh.
anak pada jaman dahulu setidaknya jaman kelahiran 90 itu pasti masih merasakan apa namanya di lempar dengan kapur papan tulis.
Mari kita teliti secar detail perbedaan mentalitas dan pola pikir anak sd jaman sekarang dan jaman dahulu.
Perkembangan zaman yang pesat membawa banyak perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan dan kehidupan anak-anak usia Sekolah Dasar (SD). Anak SD saat ini memiliki pengalaman dan kebiasaan yang berbeda dibandingkan dengan anak SD pada masa lalu. Berikut adalah beberapa perbedaan mencolok antara anak SD sekarang dan anak SD zaman dahulu.

Teknologi dan Gaya Belajar Dulu
Anak SD zaman dahulu belajar menggunakan buku cetak, papan tulis, dan alat tulis sederhana seperti pensil dan pena. Akses informasi sangat terbatas, sehingga anak-anak bergantung penuh pada guru dan buku pelajaran.
Sekolah dimulai pukul 7 pagi dan biasanya selesai sekitar pukul 12 siang.
Anak-anak belajar menggunakan papan tulis kapur, buku tulis, dan alat tulis sederhana.
Tidak ada gadget. Semua belajar dari guru dan buku cetak.
Jam istirahat diisi dengan jajan di kantin atau pedagang keliling yang menjual es lilin, gorengan, kue basah, dll.
Permainan saat istirahat: bentengan, kasti, lompat tali, dan engklek.
Sekarang: Anak SD sekarang sudah akrab dengan gadget seperti tablet, laptop, dan smartphone. Pembelajaran seringkali dilakukan secara digital, baik melalui video pembelajaran maupun aplikasi edukatif. Bahkan, tugas dan ujian pun banyak yang berbasis online
Cara Bermain komukasi dengan lingkungan
Dulu: Permainan tradisional seperti petak umpet, congklak, kelereng, lompat tali, dan gobak sodor menjadi hiburan sehari-hari. Anak-anak bermain di luar rumah, berinteraksi langsung dengan teman sebaya.
Sore adalah waktu yang dinantikan. Anak-anak berkumpul di lapangan atau halaman rumah untuk bermain.
Permainan populer: layangan, kelereng, gundu, petak umpet, galah asin, atau bermain sepeda bersama.
Tidak ada gadget; semua aktivitas dilakukan secara fisik dan melibatkan banyak interaksi sosial.
Sekarang: Banyak anak lebih memilih bermain game online atau menonton video di YouTube. Interaksi sosial sering terjadi secara virtual, dan waktu bermain di luar rumah cenderung berkurang
Kemandirian dan Tanggung Jawab
Dulu: Anak-anak cenderung lebih mandiri. Mereka terbiasa berjalan kaki ke sekolah, membawa bekal sendiri, dan membantu orang tua di rumah.
Mereka membantu orang tua terlebih dahulu, seperti menyapu halaman, mengambil air dari sumur, atau memberi makan ternak.
Sarapan sederhana seperti nasi goreng, bubur, atau ubi rebus disiapkan ibu di dapur tradisional.
Sekarang: Banyak anak diantar jemput ke sekolah, lebih bergantung pada orang tua, dan lebih sedikit dilibatkan dalam pekerjaan rumah tangga.
Tingkat Tekanan Akademis
Dulu: Beban pelajaran relatif lebih ringan, dan tekanan akademis tidak sebesar sekarang. Anak-anak lebih diberi waktu untuk bermain dan mengeksplorasi minat mereka.
Sekarang: Anak SD kini sudah menghadapi tuntutan akademis yang tinggi, seperti les tambahan, ujian berstandar nasional, bahkan kursus bahasa asing dan kemampuan lain sejak dini.
Sikap terhadap Guru dan Orang Tua
Dulu: Anak-anak sangat menghormati guru dan orang tua. Nilai-nilai kesopanan dan tata krama diajarkan secara ketat di rumah maupun di sekolah.
Sekarang: Sikap hormat masih ada, namun dengan pengaruh media dan pola asuh modern, hubungan antara anak dan guru/orang tua menjadi lebih terbuka dan egaliter.

http://www.innatonoyan.com
Anak SD zaman sekarang hidup dalam dunia yang serba cepat dan digital. Rutinitas mereka lebih terstruktur, dengan tekanan akademis dan sosial yang lebih tinggi. Mereka cerdas secara teknologi, namun tantangannya adalah menjaga keseimbangan antara dunia digital dan dunia nyata agar tetap aktif, sehat, dan memiliki karakter yang kuat.
Keseharian anak SD zaman dahulu sangat berbeda dari anak sekarang. Mereka tumbuh dalam kesederhanaan, kedekatan dengan alam, dan kehidupan sosial yang kuat. Meski terbatas teknologi, mereka kaya akan pengalaman hidup yang membentuk kemandirian, kerja keras, dan rasa syukur.
baca juga : Permainan ADU KEMIRI
baca juga : Manfaat Playgroup Pada Anak kita
baca juga : Pembelajaran Sejak Dini